Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Jumat, 21 Maret 2014

Model Pengembangan Sistem dan Desain Instruksional

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM
DAN DESAIN INSTRUKSIONAL

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Mufidah, M.Ag
 



  Disusun oleh:
Ely Herlina                             (113211006)
Laely Zulfa                             (113211007)
M. Ulil Abshor                        (113211008)
Siti Munadhiroh                      (113211011)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM
DAN DESAIN INSTRUKSIONAL
I.                  PENDAHULUAN
Pengembangan sistem pembelajaran instruksional merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitasdan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Diantaranya pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan program instruksional dan lain-lainnya. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah pengembangan instruksional (pembelajaran).
Dalam operasionalnya pengembangan sistem instruksional ini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang, dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode ltihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sitem yang lebih besar lagi.
Untuk mengetahui lebih lanjut, maka dalam makalah ini akan membahas tentang model pengembangan dan desain instruksional.

II.               RUMUSAN MASALAH
A.       Apa pengertian model pengembangan sistem dan desain instruksional?
B.       Apa macam-macam model pengembangan sistem dan desain instruksional?
C.       Apa tujuan dan fungsi model pengembangan sistem dan desain instruksional?

III.           PEMBAHASAN
A.   Pengertian Model Pengembangan Sistem dan Desain Instruksional
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.
Suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.[1]
Desain instruksional adalah program pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain instruksional dikenal sebagai persiapan mengajar guru.[2]  Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep: system dan instruction. System diterjemahkan menjadi sistem, yang menurut Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai “a set of parts united by some form of interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi). Sedangkan instruction diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, yang menurut Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus instruction merujuk pada “proses belajar mengajar (teaching-learning process).[3]   
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam melakukan suatu kegiatan.
2.      Sistem adalah seperangkat bagian-bagian atau komponen yang satu sama lain berkaitan dan berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan.
3.      “Instruction” adalah proses pembelajaran yang merupakan bentuk operasional pelaksanaan kurikulum.
4.      Sistem instruksional merupakan tatanan aktivitas belajar mengajar yang mengandung dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar yang merujuk pada langkah-langkah yang seyogyanya ditempuh dalam menetapkan tujuan, isi, proses, dan evaluasi pengajaran.
          Model pengembangan sistem dan desain instruksional adalah cara dalam mencari pemecahan-pemecahan masalah instruksioanal yang meliputi kegiatan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap komponen-komponen insrtukisonal dalam rangka menghasilkan sistem instruksional yang efektif untuk memperbaiki situasi pengajaran dan pendidikan.

B.     Macam-macam  Model Pembelajaran
1.      Model Briggs
Model yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang  instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional. Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar-mengajar yang dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Di samping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.[4]
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru/dosen sebagai perancang kegiatan instruksional adalah melaksanakan pemilihan media, merencanakan KBM, melaksanakan KBM dan melakukan evaluasi. Berkaitan dengan evaluasi tersebut, guru/dosen melakukan pemantauan pelaksanaan, uji coba, dan revisi soal serta melakukan evaluasi sumatif.
Sedangkan tim pengembang instruksional melaksanakan kegiatan-kegiatan, menentukan stimulus belajar, memilih media, menentukan kondisi belajar, merumuskan strategi instruksional, mengembangkan media, melaksanakan evaluasi dan menyusun pedoman pemanfaatan. Dari kedua tahapan yang dilakukan oleh dosen maupun tim pengembang kemudian didiskusikan untuk mendapatkan model perencanaan pembelajaran terbaik.[5]
2.      Model Bela H. Banathy
Banathy mengembangkan rencana pembelajaran yang dimulai dari proses merumuskan tujuan. Dari hasil rumusan tujuan tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis kegiatan belajar dan mengembangkan tes. Hasil analisis terhadap kegiatan belajar kemudian digunakan untuk mendesain sistem instruksional. Dari hasil desain sistem instruksional dan pengembangan tes, kemudian dilaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari evaluasi pembelajaran digunakan untuk kegiatan perbaikan. Keseluruhan proses tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam merumuskan tujuan.[6]
3.      Model PPSI
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) digunakan sebagai metode penyampaian dalam rangka kurikulum 1975 untuk SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah-sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan dalam model PPSI mirip dengan langkah-langkah pengembangan dalam model Banathy. Ada 5 langkah pokok dalam PPSI, yaitu:
a.    Merumuskan tujuan instruksional, dalam hal ini TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
b.    Menyusun alat evaluasi
c.    Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran
d.   Merencanakan program kegiatan
e.    Melaksanakan program[7]
4.      Model Kemp
Model pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut desain instruksional, terdiri dari 8 langkah, yaitu:
a.    Menentukan tujuan instruksional umum (TIU).
b.    Membuat analisis tentang karakteristik siswa.
c.    Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur.
d.   Menentukan materi atau bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK.
e.    Menetapkan penjagaan awal (pre-assessment).
f.     Menentukan strategi belajar-mengajar yang sesuai.
g.    Mengkoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan.
h.    Mengadakan evaluasi.[8]

5.      Model Gerlach dan Ely
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan 10 unsur, di antaranya:
a.       Merumuskan tujuan.
b.      Menentukan isi materi.
c.       Menurut kemampuan awal.
d.      Menentukan teknik dan strategi.
e.       Pengelompokan belajar.
f.       Menentukan pembagian waktu.
g.      Menentukan ruang.
h.      Memilih media instruksional yang sesuai.
i.        Mengevaluasi hasil belajar.
j.        Menganalisis umpan balik.[9]
6.      Model IDI (Instructional Development Institute)
Model ini dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and Technology (UCIDT) yang terdiri dari University of Southern California (USC), International University di San Diego, Michigan State University (MSU), Syracuse University, dan Indiana University.
Pengembangan instruksional model IDI, sebagaimana model-model yang lain, menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada 3 tahapan besar pendekatan sistem, yaitu:
a.       Penentuan (define)
b.      Pengembangan (develop)
c.       Evaluasi (evaluate)
Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi.[10]

C.    Tujuan dan Fungsi Model Pembelajara
           Pada umumnya setiap kegiatan memiliki tujuan dan fungsi, demikian pula pengembangan instruksional ini. Sesuai definisi dari pengembangan instruksional, tujuan utama pengembangan instruksional adalah untuk menghasilkan sistem instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
Sedangkan secara lebih khusus tujuan pengembangan instruksional adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan mengorganisasi alat pemecahan masalah tersebut.
2.        Untuk menghasilkan stretegi belaJar mengajar yang efektif, dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
3.        Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengasjaran dan pendidikan
4.        Untuk menghasilkan ealuasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan
5.        Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
6.        Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok untuk sesuatu tujuan instruksional tertentu dalam proses belajar-mengajar.
7.        Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajarn yang cocok, agar belajar-mengajar dapat efektif.
Sedangkan fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar-mengajar adalah:
1.        Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
2.        Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang meliputi:
a.         Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.
b.        Menentukan tujuan instruksional.
c.         Menentukan strategi belajar-mengajar.
d.        Menentukan materi pelajaran
e.         Menentukan media dan alat peraga
f.         Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain
3.        Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan instruksional dengan pelkasanaan belajar-mengajar
4.        Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
           Agar pengembangan instruksional mampu mencapai tujuan dan fungsi secara baik, pengembangan instruksional hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) kualitas pengembangan, 2) efektivitas pengembangan, 3) efesiensi pengembangan dan 4) relevansi pengembangan.[11]

IV.           PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.      Model pengembangan sistem dan desain instruksional adalah cara dalam mencari pemecahan-pemecahan masalah instruksioanal yang meliputi kegiatan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap komponen-komponen insrtukisonal dalam rangka menghasilkan sistem instruksional yang efektif untuk memperbaiki situasi pengajaran dan pendidikan.
2.      Macam-macam  Model Pembelajaran
a.       Model Briggs
b.      Model Bela H. Banathy
c.       Model PPSI
d.      Model Kemp
e.       Model Gerlach dan Ely
f.       Model IDI (Instructional Development Institute)
3.      Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran
Tujuan pengembangan instruksional adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan mengorganisasi alat pemecahan masalah tersebut.
b.      Untuk menghasilkan stretegi belaJar mengajar yang efektif, dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
c.       Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengasjaran dan pendidikan
d.      Untuk menghasilkan ealuasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan
e.       Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
f.       Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok untuk sesuatu tujuan instruksional tertentu dalam proses belajar-mengajar.
g.      Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajarn yang cocok, agar belajar-mengajar dapat efektif.
Sedangkan fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar-mengajar adalah:
1.      Sebagai pedoman bagi guru dalam melkasanakan proses belajr-mengajar, dalam perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
2.      Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang meliputi:
a.       Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.
b.      Menentukan tujuan instruksional.
c.       Menentukan strategi belajar-mengajar.
d.      Menentukan materi pelajaran
e.       Menentukan media dan alat peraga
f.       Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain
3.      Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan instruksional dengan pelkasanaan belajar-mengajar
4.      Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
B.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Tak lupa permohonan maaf kami haturkan atas kekhilafan-kekhilafan dalam makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini pada khususnya, dan makalah selanjutnya pada umumnya. Semoga bermanfaat, Amiin.

DAFTAR PUSTAKA
Prawiradilaga, Dewi Salma, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008
Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999
Prabowo, Sugeng Listyo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling, Malang: UIN-Maliki Press, 2010





                [1] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 33.
                [2] Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 296.
                [3] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 51-52.
[4] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 30.
[5] Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 10.
[6] Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling, hlm. 12.
[7] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 38-39.
[8] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 42-43.
[9] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 43-46.
[10] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 46.
[11] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, hal. 136-139.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar